Kamis, 12 Februari 2009

PENYAKIT PADA UNGGAS : AE, SHS, RSS DAN GANGRENOUS

PENYAKIT PADA UNGGAS : AE, SHS, RSS DAN GANGRENOUS

AVIAN ENCEPHALOMYELITIS
Penyebab : Picorna Virus
Transmisi :
a. Vertikal ; telur (transovarial)
b. Horisontal ; langsung dan tidak langsung (kontak feses)
Rute transovarial merupakan rute utama yang menjadi penyebab penyebaran penyakit ini. Breeder yang terinfeksi AE akan menyebarkan virus tersebut dalam beberapa minggu dan menyebabkan penurunan kemampuan tetas telur. Anak ayam terinfeksi yang menetas akan menunjukkan gejala klinis penyakit ini dan menyebarkan virus ini kepada anak ayam lain didalam inkubator. Selain dari breeder, DOC juga dapat terinfeksi dari peternakan.
Periode Inkubasi : 5-14 hari (tergantung rute infeksi)
Mortalitas : 75% (optimal)
Gejala Klinis :
Penyakit ini sangat sering menyerang ayam muda yang berumur antara 1-3 minggu. Beberapa gejala yang sering terlihat adalah
a. Duduk dengan menggunakan persendian lutut
b. Pergerakannya tidak terkoordinasi dengan baik, serta sering oleng (tidak dapat menyeimbangkan tubuh), sehingga sering jatuh ke sisi samping.
c. Menggigil dibagian kepala dan leher dengan intensitas yang tinggi dan sering, tetapi gejala ini akan sangat terasa apabila ayam yang diduga terinfeksi dipegang dan diletakkan ditelapak tangan.
d. Pada peternakan layer dan breeder dapat menyebabkan penurunan produksi telor yang sangat mencolok, tetapi setelah 2 minggu kapasitas produksi akan dapat kembali normal.
Diagnosa :
a. Diagnosa yang dilakukan akan lebih didasarkan kepada sejarah penyakit dipeternakan tersebut, gejala klinis dan patologi. Secara kasat mata, anak ayam yang terinfeksi AE tidak akan menunjukan lesio yang mencolok, tetapi berdasarkan pemeriksaan histopatologi pada organ otak, sumsum tulang belakang, proventrikulus, gizard dan pankreas, ditemukan lesio khas yang menunjukkan bahwa ayam tersebut terkena penyakit AE. Lesio tersebut meliputi degenerasi neuron sumsum tulang belakang dan otak serta proliferasi folikel limfoid organ internal seperti pankreas dan proventikulus.
b. Isolasi virus dari jaringan otak ayam, kemudian diinokulasikan ke telur SPF
c. Isolasi virus dari telur yang bebas antibodi AE, untuk kontrol breeder
Diferensial Diagnosis :
Avian Encephalomalacia (Defisiensi Vitamin E), Ricket, Defisiensi Vitamin B1 ataupun B2, ND, Marek dan Encephalitis yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan mycoplasma.
Treatment dan Kontrol :
Vaksin live ; dilakukan sebelum mulai produksi telur, program vaksinasi ini merupakan tindakan pencegahan yang paling efektif (umur 10-14minggu).
Vaksin dapat diberikan bersamaan dengan pemberian minuman. Selain itu juga terdapat vaksin yang dikombinasi dengan virus avian pox yang diaplikasikan melalui intradermal, wing web stab route. Vaksinasi tidak dianjurkan kepada peternakan yang memiliki kelompok ayam yang berbeda umur karena virus dapat ditularkan melalui feses yang menempel di telur. Virus tersebut dapat menginfeksi indukan yang rentan, ataupun terjadi outbreak ringan epidemik tremor dianakan. Pullets sebaiknya tidak divaksinasi sebelum berumur 15 minggu, karena dapat mengakibatkan pendarahan usus selama kurang lebih 4 minggu setelah vaksinasi.
Apabila diadakan vaksinasi ataupun terjadi outbreak, maka dianjurkan untuk menghentikan penetasan selama beberapa minggu sampai indukan mendapatkan kekebalan tubuh dan penularan melalui telur telah berhenti.


SWOLLEN HEAD SYNDROME
Adalah syndrome yang disebabkan oleh berbagai macam kondisi, yang diawali dengan kondisi immunosupresif yang diikuti oleh infeksi agen infeksi pernafasan dan diakhiri oleh infeksi E. Coli. Lesio dimulai dengan sinusitis  konjungtivitis  periorbital cellulitis  SWOLLEN HEAD
ETIOLOGI :
Penyakit imunosupresif (IBD, ND, LL, ML, CAA)  Penyakit Sal. Pernafasan (Mycoplasma sp, Haemophilus sp, IB, Pneumovirus, AI, ND)  ++ E. Coli  Stress Lingkungan (kelembapan tinggi, suhu tinggi, ammoniak tinggi) yang disertai perubahan iklim yang ekstrim dan ventilasi yang buruk.
GEJALA KLINIS :
sinusitis  konjungtivitis  periorbital cellulitis  SWOLLEN HEAD
PATOLOGI :
a. Akumulasi eksudat encer sampai pekat bahkan sampai perkejuan
b. Hiperemi trakhea dan empysema
c. Infeksi kronik dan sistemik : airsacculitis, perihepatitis dan peritonitis
d. Immunosupresi IBD dan CA ; atropi bursa dan timus
e. Tumor ; marek, LL, ML
DIAGNOSA
a. PA dan HP
b. Isolasi dan identifikasi
c. Titer antibodi
TREATMENT : antibiotik, vitamin, asam amino dan probiotik.
PREVENTION : Klorinasi air minum, Biosekuriti dan Vaksinasi.


RUNTING STUNTING SYNDROME
Adalah kelambatan proses pertambahan bobot badan yang dihubungkan dengan kondisi kelainan patologi organ saluran pencernaan, pankreas, tyroid dan septicemia atau biasa disebut sebagai HELICOPTER DISEASE.
AGEN :
a. Virus ; reo, arena, rota, calici, corona dan toga virus.
b. Bakteri ; Salmonela spp, E. Coli, Clostridium
c. Protozoa ; Eimeria spp, Criptosporidium
d. Defisiensi vitamin dan mineral ; B1, B12, As. Pantotenat, Niasin
PATHOGENESIS :
a. Agen  kerusakan saluran pencernaan  malabsorpsi  gangguan penyerapan nutrisi  malnutrisi  kerdil
b. Agen  kerusakan saluran pencernaan  septicemia  kerusakan pankreas  maldigesti  malabsorpsi  malnutrisi  kerdil
c. Agen  kerusakan saluran pencernaan  hiposekresi hormon pertumbuhan  kerdil
d. Agen  immunosupresan  septicemia  kerdil
GEJALA KLINIS :
a. Perut membesar
b. Usus membesar karena penuh berisi gas
c. Atropi vili usus
d. Enteritis kataralis
e. Dilatasi proventrikular
f. Atropi pankreas
EFEK RSS :
a. Sistem Hematopoietic
Anemia (defisiensi Fe dan Vit B 12) dan Hemoragi (Def. Vit K)
b. Sistem Musculoskeletal
Malformasi tulang (def. Ca, Vit D dan Mg)
c. Sistem Endokrin
Infertilitas dan kerusakan metabolisme
d. Kulit
Purpura dan ptechie (def vit K), edema (def protein), dermatitis dan hiperkeratitisasi (def vit A)
e. Sistem saraf
Periperal neurophaty (def vit A dan B12)

GANGRENOUS
Sering disebut wing rot ; bumble foot
Etilogi : Clostridium perfringen, C. Septikuk, E. Coli dan S. Aereus
Predisposisi :
a Trauma
Trauma mekanik ; iritasi ektoparasit, benda tajam peralatan kandang,
Kanibalisme ; tingkah laku abnormal yang disebabkan karena intensitas cahaya yang kurang, kepadatan yang tinggi, pakan yang rendah protein dan tidak diberimakan pada waktu yang lama
b Ketidakseimbangan nutrisi
Defisiensi biotin, as. Panthotenat dan vit E, Def mineral (Zn dan Se)
GEJALA KLINIS
Hitam dan lembab pada kulit yang sering disenderin (sayap, dada dan abdomen), edema pada kulit, perubahan warna otot yang disenderin.
Secara mikroskopis ditemukan bakter basilus dan kokus di daerah jaringan sub kutan yang mengalami edema dan empysema, hemoragi dan nekrosis otot.
KONTROL
Kontrol manajemen :Kontrol kepadatan, program penerangan, pakan yg cukup vitamin dan mineral, serta dpengukuran titer immunosupresif
Biosekuriti : amankan bangkai, ayam sakit dengan segera, menjaga Ph alas kandang (NaCl, AlSO4)
Treatment : antibiotik

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aduh detail bener deh..
sebagai orang awam saya tidak mengerti..
bisa dengan bahasa lebih mudah dimengerti g?